Best Artis

Photo505.com - Online photo effects

SAFETY HEALTH: Pekerja Malam Wanita dan Dampak Kesehatan

SAFETY HEALTH

Pekerja malam atau  orang bekerja dengan jam shift malam sering mengalami kesehatan yang buruk, karena harus tetap terjaga sepanjang malam.  Bekerja lebih dari 55 jam perminggu dan pekerja shift malam memiliki resiko gangguan mental dan kesehatan lebih besar. Biasanya pekerja malam bekerja 10-12jam/ hari.
Pekerja malam dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1.      Pekerja yang bekerja disuatu intansi yang memang mengikuti peraturan bekerja secara shift misalnya :dirumah sakit (dokter, perawat, bidan), pilot,kru jalan raya, pemadam kebakaran,hotel, bank (untuk sekuriti)
2.      Pekerja yang memang bekerja disuatu tempat yang aktifitas pekerjaannya dibuka mulai sore sampai esok paginya. Misalnya: tempat hiburan (café,discotiq)
 Bekerja di malam hari tentu saja membuat tubuh stres, karena secara biologis tubuh dirancang untuk menjadi aktif  pada siang hari dan istirahat di malam hari.Cara tubuh berfungsi dan jenis hormon yang diproduksi bervariasi tergantung apakah orang tidur atau terjaga. Jika jadwal tidur Anda keluar jalur, maka dapat mengganggu siklus tidur-bangun (ritme sirkadian) yang normal dan tubuh menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yang akhirnya akan mengarah pada gangguan pola hidup dan masalah kesehatan lainnya.
Hampir sebagian besar pekerja malam adalah wanita yang kebanyakan bekerja di rumah sakit, klinik-klinik, pabrik, hotel, café/ bar atau tempat hiburan (sebagai waitress, kasir, dll)
Dalam Ps 76 ay 1 UU No 13/2003 menyebut ”Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan pukul 23.00-07.00”. Bukankah bunyi pasal itu kembar dengan kalimat ”Pekerja/buruh perempuan yang berumur lebih dari 18 (delapan belas) tahun boleh dipekerjakan antara pukul 23.00-07.00”.



Di sinilah repotnya. Di satu sisi UU membolehkan wanita jadi pekerja malam hari, di sisi lain risiko penyakit kanker lebih besar dibanding pekerja dengan jam normal
  1. Gangguan kesehatan
Para pekerja malam juga sangat rentan terkena penyakit lever alias hepatitis A. Sebab, orang yang aktif di di malam hari, fungsi hatinya dipicu untuk bekerja lebih cepat sehingga detoksifikasi tubuh lebih tinggi. Akibatnya, kondisi tubuh mudah merosot.
Angin malam, juga kerap mengancam kesehatan paru-paru, Mulai dari infeksi gangguan sistem pernapasan, alergi udara dingin, hingga bronkitis dan pneumonia.
Selain itu pengaruh dari lingkungan kerja dan pergaulan para pekerja malam, dapat mempengaruhi status  kesehatan yang mungkin disadari atau tidak disadari memberi dampak yang cukup serius. Ditambah lagi jika pengetahuan tentang kesehatan sangat minim. Gangguan pola hidup pekerja malam merupakan dampak dari kegiatan yang dilakukan pada malam hari dengan aktifitas dari yang ringan seperti menemani tamu sampai aktifitas yang berat dimana timbul kelelahan yang amat sangat pada keesokan harinya.
Mereka yang bekerja berjam-jam lamanya juga cenderung memiliki tingkat stress tinggi, gangguan tidur, dan minum  alkohol lebih banyak ketimbang rekan mereka yang bekerja dalam waktu standar.
Gangguan kesehatan yang terjadi dipengaruhi oleh:
1.      Pola Makan
Pola makan pada pekerja malam  sering menimbulkan masalah kesehatan serius.hal ini timbul karena selama menjalani aktifitas pada malam hari pekerja malam sering mengabaikan kebutuhan nutrisi. Perlu diketahui, jam kerja pekerja malam yang dimulai pukul 08.00 sampai pukul 07. malam sering mendapat gangguan pada peningkatan asam lambung yang disebut gastritits, dimana jika diabaikan akan menjadi suatu gangguan gastritis akut.kemudian pekerja malam sering mengkonsumsi kopi untukmencegah rasa kantuk.Kafein dalam kopi dapat lebih memperburuk kesehatan khususnya pencernaan dan meningkatkan ritme sirkadian pada jantung, terlebih jika ritme sirkadian pekerja malam didapati tidak normal.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pekerja shift akan mempunyai masalah pencernaan seperti gangguan lambung dan konstipasi (sembelit) dan juga masalah penyakit jantung. Dengan adanya shift malam, para pekerja sering kali merasa lapar dan pergi ke toilet di saat yang ”tidak tepat” yang menyebabkan timbulnya gangguan pencernaan.
2.      Pola Tidur
Pola tidur pekerja malam dilakukan pada pagi hari setelah kembali kerumah. Bagi pekerja malam yang sudah terbiasa dan mudah tertidur, tentu tidak masalah. Tapi banyak gangguan insomnia yang dialami pekerja malam yang harus tidur atau beristirahat secara maksimal disiang hari. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan fungsi tubuh dan hormone yang secara biologis dan disadari dipaksakan berubah fungsi kebutuhan tidur dan waktu untuk tidur. Sementara bagi para pekerja giliran malam, masalah timbul pada kebiasaan tubuh. Memang, pekerja malam mengakali dengan tidur di pagi hingga siang hari untuk mengganti kebutuhan tidur 8 jam perhari. Masalahnya, tubuh harus dibuat melawan siklus alami yakni bekerja berdasar cahaya terang dan beristirahat saat gelap malam. Gangguan pola tidur dapat menyebabkan menurunnya tekanan darah (hipotensi) yang ditandai gejala-gejala seperti  lemah,tidak bersemangat, lekas lelah, kurang berkonsentrasi,dll.
Namun setidaknya, penelitian ini berhasil mengungkap kemungkinan-kemungkinan yang membuat kanker mudah menjangkiti pekerja shift malam / pekerja malam. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Adanya cahaya terang di malam hari akan menekan produksi melatonin, senyawa yang secara langsung dan tidak langsung mencegah pertumbuhan kanker.
2. Perubahan pola tidur akan mempengaruhi otak untuk melepaskan glucocorticoid, senyawa yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
3. Perubahan pola tidur secara tidak langsung membuat pertumbuhan sel dan jaringan lebih sulit dikendalikan.
4. Perubahan pola tidur membuat tubuh kurang optimal dalam memproduksi vitamin D.
Kemungkinan lain yang juga meningkatkan risiko kanker pada pekerja shift malam adalah perubahan gaya hidup. Saat dituntut untuk sering bergadang, para pekerja cenderung kurang berolahraga serta lebih banyak merokok dan minum alkohol.
Peredaran darah yang tidak lazim akan menurunkan daya tahan tubuh hingga gampang sakit. Ketentuan medis menyebutkan malam hari adalah saat terjadi detoksifikasi (pembuangan racun dalam tubuh). Detoksifikasi sebaiknya berlangsung saat tidur pulas.  Nah, bila tubuh dan jiwa kita sedang beraktivitas, proses detoksifikasi tidak lancar.

Hasil penelitian Fred Hutchison Cancer menyebutkan, 60% wanita pekerja malam mengalami risiko kanker payudara lebih besar dibanding wanita bukan pekerja malam. Kebiasaan bekerja malam hari juga mengacaukan sistem respons tubuh terhadap rangsang cahaya. Itu baru dampak medis, belum dampak sosial, dan psikologisnya, dll.


3.      Pola berhubungan
Biasanya karena pekerja malam beraktifitas hanya pada malam hari, bagi pekerja malam  yang sudah berkeluarga menghadapi masalah pada aktifitas seksual yang dilakukan setelah selesai bekerja, Aktifitas seksual menjadi terganggu karena kondisi fisik sudah menurun karena kelelahan. Apalagi jika pekerja malam tsb memiliki beban kerja yang berat seperti koki (tukang masak).  Beberapa pekerja malam yang terpengaruh pada lingkungan yang kurang baik biasanya melakukan perilaku seks bebas atau melakukan profesi ganda dengan menjual diri. Hal ini kemungkinan dikarenakan:
o   Uang dengan menjual diri lebih besar dari gaji yang diperoleh.
o   Adanya tuntutan kebutuhan ekonomi
o   Adanya kebutuhan badaniah
o   Pelampiasan diri karena sudah terlanjur pada pola gaya perilaku seks bebas
Seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak perkawinan. Apalagi jika seorang ibu yang sudah terinfeksi virus HJV/AIDS kemungkinan sangat besar menularkan pada janin dalam kandungan.

Orang yang terkena HIV disebut HIV+ (HIV positif). Tapi perlu waktu beberapa tahun sebelum HIV menguasai cukup banyak sel limfosit T yang ada di dalam tubuh, sebelum orang yang terinfeksi HIV akan menjadi sakit dan menuju ke tahap berikutnya yang serius yaitu AIDS.


1) Sekitar 10% orang yang terkena HIV akan berlanjut ke tahap AIDS dalam waktu 2 atau 3 tahun. Para ahli meyebut mereka dengan istilah yang  disebut Rapid Progressors.
2) Sekitar 60% orang dewasa/remaja yang terkena HIV akan berlanjut ke tahap AIDS dalam waktu 12-13 tahun. Mereka kemudian oelh ahli disebut Slow Progressors.
3) Sekitar 5 sampai 10% orang yang terkena HIV tidak menunjukkan gejala apa-apa dan sel CD4 nya akan tetap stabil setelah 8 sampai 15 tahun terkena HIV. Mereka disebut Non Progressors. Sekitar 10 sampai 17% tidak berlanjut ke tahap AIDS 20 tahun setelah tertular HIV.

Selain itu, masalah gangguan seksual (sexual harressment) seringkali dialami oleh perempuan di tempat kerja, baik oleh teman sekerja maupun oleh majikan. Gangguan ini bisa berbentuk komentar-komentar atau ucapan-ucapan verbal, tindakan atau kontak fisik yang mempunyai konotasi seksual. Walaupun seringkali oleh orang yang menjadi sasaran tindakan tersebut, suatu gangguan tampaknya tidak membahayakan secara langsung, namun dengan adanya tindakan itu yang mempunyai unsur kekuasaan dan dominsi, si orang trsebut selalu menjadi sadar akan keperempuannya dan keperawanannya terhadap gangguan-gangguan tersebut. Bentuk yang paling ekstrem dari gangguan seksual itu adalah perkosaan yang seringkali pula bentuknya sangat terselubung, dalam artian bahwa sering dianggap peristiwa tersebut sebagai peristiwa individual semata dan tidak menyangkut pelanggaran hak asasi manusia
Dalam beberapa kasus juga terdapat perceraian karena banyak pasangan (suami) yang tidak mendukung isterinya menjadi pekerja malam.



4.      Pola konsumsi “drugs” dan Minuman Keras
Pekerja malam yang bekerja pada lingkungan rawan dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras biasanya pekerja yang bekerja di bar, café atau tempat hiburan sejenis. Walaupun mereka memiliki prinsip profesionalisme yang baik dalam pekerjaan, tapi adakalanya beberapa pekerja malam tersebut juga  mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kemungkinan besar mereka memperolehnya dari tamu-tamu yang sudah menjadi langganan tempat tersebut, dan bila sudah mendapatkan kenikmatan dan pengaruh dari obat-obatan dan kebiasan minuman keras akhirnya pekerja malam tsb menjadi kecanduan (drug abuse). Jenis dari obat-obatan yang beredar sudah dikenali pekerja malam karena mereka sudah terbiasa melihat dan sebagian mungkin pernah mencobanya. Jika sudah pernah mencoba, ada yang dapat berhenti saat itu juga karena sekedar ingin tahu, tapi sebagian besar menjdai pecandu.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Dampak fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Mardan Sadzali memberikan ciri-ciri yang mudah diketahui pada pecandu narkoba.
• Pecandu daun ganja : Cenderung lusuh, mata merah, kelopak mata mengatup terus, doyan makan karena perut merasa lapar terus dan suka tertawa jika terlibat pembicaraan lucu.
• Pecandu putauw : Sering menyendiri di tempat gelap sambil dengar musik, malas mandi karena kondisi badan selalu kedinginan, badan kurus, layu serta selalu apatis terhadap lawan jenis.
• Pecandu inex atau ekstasi : Suka keluar rumah, selalu riang jika mendengar musik house, wajah terlihat lelah, bibir suka pecah-pecah dan badan suka keringatan, sering minder setelah pengaruh inex hilang.
• Pecandu sabu-sabu : gampang gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika diajak bicara, mata sering jelalatan, karakternya dominan curiga, apalagi pada orang yang baru dikenal, badan berkeringat meski berada di dalam ruangan ber-AC, suka marah dan sensitive.




B.     PEKERJA MALAM WANITA
Dari sekian banyak pola gangguan kesehatan para pekerja malam baik itu laki-laki maupun wanita , sebagian besar gangguan dialami pekerja malam berjenis kelamin wanita. Berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan, pekerja wanita sebagian besar adalah perawat dirumah sakit, pekerja di pabrik dan pekerja pada sebuah café/bar, hotel( sebagai penarik konsumen bagi sebuah café/ bar dan sejenisnya).
Selain pola makan, pola tidur dan pola hubungan intim, terdapat pola gangguan lain yaitu gangguan hormon. Seperti diketahui,  hormon progesteron bersifat menimbulkan rasa tenang dan rasa kantuk. Hormon progesteron akan meningkat pada masa ovulasi, yaitu kurang lebih pada hari 12-14 dari siklus haid. Beberapa wanita akan mengalami rasa lemas dan rasa kantuk yang berlebihan.

Gangguan tidur mulai terjadi ketika hormon progesteron ini mulai menurun, yaitu beberapa hari menjelang datangnya haid (Hari 22-28 dari siklus haid). Wanita akan lebih sering terbangun, tidur kurang nyenyak, atau terbangun dengan perasaan yang tidak segar.
Terkait dengan hamil. Pada masa hamil juga terjadi perubahan-perubahan yang dapat mengganggu tidur. Pada kehamilan 1-3 bulan, hormon progesteron mulai meningkat, menimbulkan rasa kantuk pada beberapa perempuan. Rahim yang membesar mulai mendesak kandung kemih, sehingga perempuan hamil sering terbangun beberapa kali untuk berkemih.
Pekerja wanita juga sering mengalami gangguan pencernaan seperti gastritis yang ditimbulkan akibat pola makan yang salah ditambah dengan adanya factor stress pekerjaan.
Gangguan pola tidur sudah pasti dialami para pekerja yang jadwalnya selalu berubah antara shift siang dan shift malam. Namun yang mengejutkan, jadwal yang tidak teratur semacam itu juga dapat meningkatkan risiko kanker.
Meski mengejutkan, dugaan bahwa perubahan jam biologis dapat mempengaruhi risiko kanker sebenarnya sudah muncul sejak lama. Tahun 2008, 38 wanita di Denmark mengalami kanker payudara yang diyakini karena sering bekerja pada shift malam.
Di Indonesia sendiri kasus penderita HIV/AIDS dikalangan wanita meningkat drastis. Data KemenKes akhir tahun 2009  jumlah pengidap sebanyak  19.973 orang.dari 32 provinsi di Indonesia kelompok usia produktif  (20-49 tahun). Perilaku sex bebas dan  suami/pasangan yang menularkan merupakan penyebab utama penularan HIV/AIDS dikalangan wanita.



C.    INDIKASI MENGENALI PENYAKIT
Pekerja malam biasanya terfokus pada dua waktu yaitu waktu bekerja (malam hari) dan waktu istirahat (pagi-siang-sore). Sehingga kadang kala tanpa disadari timbul penyakit yang secara perlahan masuk selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan tanpa gejala.
Gangguan kesehatan
Ada beberapa gangguan kesehatan yang sering tidak disadari oleh pekerja malam, seperti:
  1. 60-80% pekerja bergilir/ shift  akan mengalami gangguan tidur;
  2. 4-5 kali lebih banyak mengalami gangguan lambung;
  3. 80% akan mengalami kelelahan;
  4. 5-15 kali lebih sering mengalami gangguan emosi dan depresi;
  5. lebih sering merokok serta menyalahgunakan obat dan alkohol;
  6. mengalami kecelakaan serius di tempat kerja dan;
  7. lebih sering mengalami perceraian
hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadi;
  1. kurangnya pengetahuan terhadap penyakit
  2. kurangnya informasi tentang hygiene kesehatan wanita
  3. kurangnya penanaman agama dalam diri

  1. PENCEGAHAN  PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN BEKERJA MALAM HARI  
GANGGUAN POLA TIDUR
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur antara lain adalah:

1. Hindari makanan berkadar gula tinggi (madu, sirop), mengandung kafein (kopi, cokelat, teh), rokok, atau alkohol, menjelang waktu tidur.

2. Tidur dan bangun pada waktu yang teratur setiap hari.

3. Gunakan tempat tidur hanya untuk hubungan intim dan tidur. Tidak untuk kegiatan lain seperti belajar, bekerja, membaca, senam, dan sebagainya.

4. Olahraga yang teratur akan membuat tidur menjadi lebih nyenyak dan nyaman. Demikian pula bagi perempuan hamil, olahraga dapat mengurangi kejadian kram di tungkai bawah.

5. Biasakan tidur dalam suasana gelap tanpa lampu menyala.

POLA MAKAN
Untuk menghindari gangguan pencernaan dan konstipasi (sembelit) maka diperlukan pola makan yang baik yaitu cukup karbohidrat, protein serta serat dan yang terpenting adalah vitamin.
Komposisi yang cukup memadai dari diet seimbang bagi pekerja dianjurkan terdiri
dari 50 -55% karbohidrat, 25 -35 % lemak, 10 -15 % protein dan secukupnya air,
vitamin Nutrisi yang tepat berarti mengkonsumsi makanan dan cairan yang memadai yang
dapat memberikan :

Ø  Bahan bakar (karbohidrat dan lemak) untuk energi.
Ø  Bahan-bahan (protein) untuk membangun, memelihara, dan memperbaiki semua
jaringan tubuh.
Ø  Bahan-bahan (vitamin dan mineral) untuk membantu proses-proses
metabolisme.
Ø  Air, suatu medium cairan untuk membantu proses-proses metabolisme.
serta
Ø  Mineral.

Perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul 23.00 sampai pukul 07.00). Hal ini diatur pada pasal 76 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tetapi dalam hal ini ada pengecualiannya yaitu pengusaha yang mempekerjakan wanita pada jam tersebut wajib:
1)      Memberikan makanan dan minuman bergizi
2)      Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
3)      Menyediakan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 – 05.00.
Tetapi pengecualian ini tidak berlaku bagi pekerja perempuan yang berum7ur di bawah 18 (delapan belas) tahun ataupun perempuan hamil yang berdasarkan keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya apabila bekerja antara pukul 23.00 – 07.00.
          Dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak memberikan makanan dan minuman bergizi tetapi diganti dengan uang padahal ketentuannya tidak boleh diganti dengan uang.

POLA BERHUBUNGAN

Pekerja wanita yang sudah menikah dan memegang prinsip komitment pernikahan biasanya dapat menjaga diri. Jika terjadi pekerja malam wanita yang berhubungan seks bebas pranikah, akan membawa masalah kesehatan yang membahayakan seperti HUV/AIDS karena seperti diketahui obat untuk menyembuhkan penyakit menular seks terebut belum ditemukan para ahli.

Pencegahan :

  1. Gunakan kondom dalam melakukan aktifitas seksual.Hal ini walaupun sulit tetapi pihak dari wanita harus berkomitment preventif.
  2. Melakukan pemeriksaan rutin. Di saat HIV belum bisa disembuhkan, penting bagi pekerja wanita untuk mengetahui status HIV  dengan melakukan Tes HIV secara berkala, agar bisa lebih cepat diketahui jika positif dan bisa segera menjalani terapi pengobatan. Pasien yang baru ketahuan HIV positf setelah penyakit berada pada stadium lanjut akan lebih sulit ditolong. Biaya untuk Rapid test biasanya kisaran 50-80 ribu dan untuk ELFA yang butuh waktu 3 hari biayanya biasanya 200 ribu.
  3. Berkomitment untuk setia pada pasangan dan menjaga norma-norma agama.

POLA KONSUMSI DRUGS /MINUMAN KERAS
Efek narkoba tergantung kepada dosis pemakaian, cara pemakaian, pemakaian sebelumnya dan harapan pengguna. Selain kegunaan medis untuk mengobati nyeri, batuk dan diare akut, narkotika menghasilkan perasaan “lebih membaik” yang dikenal dengan eforia dengan mengurangi tekanan psikis. Efek ini dapat mengakibatkan ketergantungan. tanda tanda fisik, dapat dilihat dari tanda – tanda fisik si pengguna, seperti :
1. mata merah
2. mulut kering
3. bibir bewarna kecoklatan
4. perilakunya tidak wajar
5. bicaranya kacau
6. daya ingatannya menurun
Pencegahan terhindar dari Narkoba:
1.      Pendidikan agama yang kuat
2.      memperkuat komitment untuk hidup sehat
3.      focus pada pekerjaan
4.      menjaga pergaulan